Lingkaran Bola – Pertandingan pembuka Premier League 2025-26 di Old Trafford pada 17 Agustus 2025 antara Manchester United dan Arsenal berakhir dengan kemenangan 1-0 untuk The Gunners. Namun, gol tunggal Riccardo Calafiori dari tendangan sudut memicu kemarahan fans dan analis. Wasit dan VAR gagal menangani pelanggaran jelas dalam proses gol tersebut. Oleh karena itu, suporter Manchester United menilai tim mereka kehilangan poin karena keputusan tidak adil, sementara Arsenal merayakan kemenangan mereka.
Kontroversi ini langsung viral di media sosial, dengan sorotan utama: Gol Arsenal Harusnya TIDAK SAH! Manchester United Dirugikan Kelalaian Wasit. Selain itu, mantan wasit ternama seperti Mark Clattenburg mengkritik PGMOL karena lalai menerapkan aturan baru musim ini. Akibatnya, laga ini meninggalkan kekecewaan besar bagi Setan Merah dan memicu diskusi panas tentang keadilan dalam sepak bola Inggris.
Momen Krusial: Pelanggaran di Balik Gol Calafiori
Mari kita uraikan insiden Gol Arsenal Harusnya TIDAK SAH. Saat Arsenal mengeksekusi tendangan sudut pada menit ke-13, William Saliba menahan Mason Mount dan menghalangi kiper Altay Bayindir. Saliba menarik baju Mount dan mendorong Bayindir, sehingga kiper gagal meninju bola dengan baik. Namun, wasit Simon Hooper mengesahkan gol tersebut, dan tim VAR tidak membatalkan keputusan itu. Akibatnya, Arsenal unggul, meskipun banyak pihak menilai pelanggaran itu nyata.
Mark Clattenburg: PGMOL Gagal Jalankan Aturan Baru
Mantan wasit Premier League, Mark Clattenburg, langsung mengecam PGMOL. Ia menyoroti kegagalan mereka dalam menegakkan aturan baru yang menargetkan grappling di situasi set piece. Clattenburg menjelaskan bahwa tayangan ulang slow-motion mengungkap pelanggaran jelas, yang seharusnya membatalkan gol Calafiori. Oleh karena itu, ia menyalahkan tim VAR atas kelalaian ini, karena aturan musim 2025-26 bertujuan mencegah insiden seperti ini. Akibatnya, Manchester United kehilangan peluang meraih poin di laga pembuka.
Selain itu, Clattenburg menegaskan bahwa kesalahan ini merusak kredibilitas liga. Meskipun pelanggaran mungkin sulit terlihat pada kecepatan normal, VAR seharusnya menangkap detail tersebut. Kegagalan ini memicu pertanyaan besar tentang konsistensi pengadilan di lapangan.
Dampak pada Kedua Tim
Keputusan ini sangat merugikan Manchester United. Selain kehilangan tiga poin, pasukan Ruben Amorim harus bangkit dari kekecewaan awal musim. Sebaliknya, Arsenal meraih kemenangan, tetapi hasil ini ternoda oleh tuduhan ketidakadilan. Selain itu, fans MU menuntut PGMOL memberikan penjelasan resmi, karena insiden serupa sering merugikan mereka di masa lalu.
Oleh karena itu, kontroversi ini memicu seruan untuk reformasi VAR. Banyak pihak mendesak teknologi yang lebih akurat, sementara yang lain menyoroti faktor manusia sebagai masalah utama. Akibatnya, Premier League mungkin perlu mengevaluasi ulang protokol mereka untuk mencegah kesalahan serupa.
Respons Mike Dean yang Kontroversial
Mantan wasit Mike Dean memberikan pandangan berbeda tentang insiden ini. Ia menyebut kontak antara Saliba dan pemain MU sebagai “foot on foot contact” yang tidak layak penalti. Namun, pernyataan ini menuai kritik karena bertentangan dengan standar Premier League, yang sering menganggap kontak semacam itu sebagai pelanggaran. Akibatnya, komentar Dean memicu kebingungan lebih lanjut di kalangan suporter.
Meskipun demikian, Dean tetap mempertahankan pandangannya. Namun, ini tidak meredakan kemarahan fans, yang menuntut transparansi lebih dari badan wasit.
Kesimpulan: Saatnya Reformasi VAR
Pada akhirnya, insiden ini mengungkap kelemahan sistem pengadilan sepak bola modern. Manchester United jelas dirugikan, sementara Arsenal mendapat keuntungan dari kelalaian wasit. Oleh karena itu, tanpa tindakan cepat dari PGMOL, kepercayaan terhadap Premier League bisa menurun. Fans berharap investigasi mendalam segera dilakukan untuk memastikan keadilan di laga mendatang. Akibatnya, musim 2025-26 bisa menjadi momentum untuk perbaikan sistem VAR.