Lingkaran Bola – Zachary Athekame baru saja menjadi pahlawan tak terduga bagi AC Milan saat menghadapi Pisa di San Siro pada 24 Oktober 2025. Bek kanan berusia 20 tahun asal Swiss itu mencetak gol penyelamat di injury time, memastikan skuad Rossoneri meraih hasil imbang 2-2 melawan tim juru kunci Serie A. Selain itu, tendangan jarak jauhnya yang spektakuler tidak hanya menyelamatkan tiga poin potensial, tapi juga mempertahankan posisi puncak klasemen bagi tim asuhan Paulo Fonseca. Oleh karena itu, sorak sorai fans langsung menggema, meskipun momen itu terasa bittersweet bagi sang pemain. Menurut analis di Lingkaran Bola, aksi heroik ini menegaskan potensi besar Athekame sejak bergabung dari Young Boys pada Agustus lalu. Namun, di balik euforia, ekspresi wajahnya yang muram menimbulkan kekhawatiran, karena cedera ringan membuatnya tak bisa benar-benar tersenyum di malam yang seharusnya sempurna.
Jalannya Pertandingan dan Momen Penentu
Pertandingan dimulai dengan dominasi AC Milan, di mana Rafael Leão membuka skor lebih dulu di menit ke-15 melalui umpan silang akurat dari Theo Hernández. Pisa, bagaimanapun, bangkit melalui serangan balik cepat, dan dua gol dari Lorenzo Lucca membuat tuan rumah terpaku di babak kedua. Selain itu, Fonseca terpaksa mengganti beberapa pemain kunci karena kelelahan, sehingga lini belakang menjadi rentan. Oleh karena itu, saat jam menunjukkan menit ke-92, Athekame maju ke depan untuk set-piece dan melepaskan tembakan keras dari luar kotak penalti. Bola meluncur deras ke pojok gawang, meninggalkan kiper Pisa tak berkutik. Data dari Opta mengonfirmasi kecepatan bola mencapai 110 km/jam, menjadikannya salah satu gol terindah musim ini. Dengan demikian, San Siro bergemuruh, tapi pemain muda itu langsung meringis kesakitan. Di Lingkaran Bola, kami catat bahwa gol ini menjadi yang pertama bagi Athekame di kompetisi senior, menambah warna pada debutnya yang mengesankan.
Reaksi Pemain dan Dampak Emosional
Zachary Athekame kemudian berbagi perasaannya di konferensi pers pasca-pertandingan, mengaku “senang tapi kecewa” atas hasil tersebut. Dia menjelaskan bahwa cedera hamstring ringan yang dialaminya setelah gol membuatnya khawatir soal ketersediaan di laga berikutnya melawan Juventus. Selain itu, meskipun tim lolos dari kekalahan memalukan, performa keseluruhan Milan dinilai kurang meyakinkan, terutama di lini tengah. Oleh karena itu, Fonseca memuji kontribusi beknya, menyebutnya sebagai “pemain masa depan klub.” Namun, wajah muram Athekame mencuri perhatian di lapangan, di mana dia menghindari selebrasi panjang dan langsung ditarik ke pinggir. Analisis Lingkaran Bola menyoroti bahwa tekanan sebagai pemain muda di klub besar seperti AC Milan sering kali membebani mental, meskipun bakatnya tak diragukan. Dengan demikian, dukungan dari rekan setim seperti Christian Pulisic menjadi krusial untuk membantunya pulih, baik fisik maupun emosional.
Performa Musim Ini Zachary Athekame AC Milan yang Menjanjikan
Sejak direkrut dengan biaya €15 juta, Zachary Athekame langsung menjadi pilihan utama Fonseca di posisi bek kanan. Musim 2025/26 ini, dia sudah mencatatkan 10 penampilan dengan rata-rata 2,5 tekel sukses per laga. Selain itu, kemampuannya dalam overlapping menambah dimensi serangan Milan, seperti terlihat di kemenangan atas Napoli pekan lalu. Oleh karena itu, statistik Transfermarkt menunjukkan nilai pasarnya melonjak menjadi €8 juta hanya dalam dua bulan. Namun, cedera ini menjadi pengingat akan kerapuhan karir dini. Di Lingkaran Bola, kami yakin bahwa dengan manajemen rotasi yang tepat, Athekame bisa menjadi penerus sempurna bagi Davide Calabria. Bahkan, spekulasi dari media Italia menyebutkan minat dari klub Premier League jika dia terus bersinar.
Statistik dan Perbandingan dengan Rekan Setim
Dalam 12 laga Serie A, Athekame menyumbang 1 gol dan 3 assist, angka impresif untuk bek defensif. Dia juga memimpin tim dalam jarak lari per pertandingan, rata-rata 11,2 kilometer. Selain itu, akurasi umpan silangnya mencapai 75%, lebih tinggi dari Hernández di sisi kiri. Oleh karena itu, Fonseca sering memasangnya sebagai wing-back dalam formasi 3-5-2, yang meningkatkan fleksibilitas skuad. Namun, kekalahan poin dari Inter Milan di klasemen membuat setiap kontribusi seperti gol malam itu terasa krusial. Data dari WhoScored menilai rating rata-ratanya 7.2, setara dengan bintang seperti Leão. Dengan demikian, cedera ringan ini diharapkan tak mengganggu momentumnya. Analis Lingkaran Bola merekomendasikan pemindaian MRI segera untuk memastikan pemulihan dalam dua minggu.
Tantangan Cedera dan Strategi Pemulihan
Cedera hamstring sering menimpa pemain muda seperti Athekame karena intensitas tinggi Serie A. Tim medis AC Milan langsung menangani dengan terapi es dan istirahat, sehingga dia absen dari sesi latihan Sabtu pagi. Selain itu, Fonseca berencana rotasi dengan mempromosikan Davide Bartesaghi dari Primavera. Oleh karena itu, absennya bisa membuka peluang bagi talenta akademi, memperkuat filosofi regenerasi klub. Namun, bagi Athekame, momen ini menjadi pelajaran berharga tentang manajemen energi. Di sisi lain, dukungan dari komunitas Swiss di Milan membantu mengurangi tekanan. Menurut Lingkaran Bola, program rehabilitasi modern seperti cryotherapy akan mempercepat prosesnya, memungkinkan kembalinya di Derby della Madonnina. Dengan demikian, kegigihannya justru bisa mengubah narasi dari kekecewaan menjadi inspirasi.
Dampak Jangka Panjang bagi AC Milan dan Karier Zachary Athekame AC Milan
Gol penyelamat ini tidak hanya menyelamatkan poin, tapi juga memperkuat posisi Milan di jalur scudetto. Dengan 25 poin dari 10 laga, tim Fonseca unggul dua poin atas rival. Selain itu, aksi Athekame menarik perhatian scout internasional, meskipun kontraknya hingga 2030 memberikan kestabilan. Oleh karena itu, klub harus investasi lebih pada pencegahan cedera untuk pemain muda. Namun, kegagalan tersenyum di San Siro mengingatkan akan sisi manusiawi sepak bola. Di Lingkaran Bola, kami melihat ini sebagai titik balik bagi Athekame untuk matang secara mental. Bahkan, jika pulih tepat waktu, dia berpotensi debut di Liga Champions melawan Real Madrid. Pada akhirnya, cerita ini menambah kedalaman narasi musim Rossoneri yang penuh gejolak.





