Lingkaran Bola Dunia sepak bola Asia diguncang kabar mengejutkan hari ini. Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) baru saja mengumumkan sanksi berat terhadap Asosiasi Sepak Bola Malaysia (FAM) dan tujuh pemain naturalisasi tim nasional Harimau Malaya. Keputusan ini muncul setelah penyelidikan mendalam mengungkap dugaan pemalsuan dokumen kelayakan untuk kualifikasi Piala Asia 2027. Pemain-pemain ini, yang sebelumnya membawa angin segar bagi skuad Malaysia, kini terpaksa absen dari semua kompetisi resmi selama satu tahun penuh. Selain itu, FAM dikenai denda mencapai RM1,8 juta, yang langsung memicu reaksi keras dari penggemar dan pejabat sepak bola setempat.
Kejadian ini semakin mencuri perhatian karena melibatkan FIFA jatuhkan sanksi larangan bermain 1 tahun untuk 7 pemain naturalisasi Harimau Malaya, termasuk 3 bintang JDT milik anak Raja Malaysia. Johor Darul Ta’zim (JDT), klub papan atas Liga Super Malaysia yang dimiliki Tunku Ismail Idris—putra mahkota Johor—kehilangan aset berharganya. Pemain seperti João Vitor Brandão Figueiredo, Endrick dos Santos, dan Paulo Josué, yang telah menjadi tulang punggung JDT, terkena dampak langsung. Mereka tidak hanya kehilangan kesempatan di level internasional, tapi juga memengaruhi performa klub di kompetisi domestik. Akibatnya, Harimau Malaya menghadapi tantangan besar dalam persiapan turnamen mendatang.
Latar Belakang Skandal Naturalisasi
FIFA memulai penyelidikan ini sejak Juni 2025, ketika laporan awal muncul tentang ketidaksesuaian dokumen naturalisasi. Pemain asing ini direkrut untuk memperkuat tim nasional Malaysia, yang sering kesulitan bersaing di level Asia. Namun, bukti pemalsuan surat keterangan keturunan campuran memicu tindakan tegas. Selain itu, pertandingan kualifikasi melawan Vietnam pada Juli menjadi pemicu utama, di mana pemain-pemain ini turun sebagai starter.
Akibat sanksi ini, FAM segera mengajukan banding ke FIFA. Presiden FAM, Hamidin Mohd Amin, menegaskan bahwa proses naturalisasi telah mengikuti pedoman FIFA sebelumnya. Meski begitu, komite disiplin FIFA menolak argumen tersebut, menekankan integritas kompetisi sebagai prioritas utama. Oleh karena itu, sanksi efektif mulai hari ini, 27 September 2025.
Daftar Pemain yang Tersangka
Mari kita lihat lebih dekat siapa saja ketujuh pemain yang terkena sanksi. Berikut adalah profil singkat mereka, yang semuanya berasal dari Amerika Selatan dan Eropa:
- Facundo Tomás Garcés (Argentina): Penyerang berusia 24 tahun ini bergabung dengan Harimau Malaya awal tahun ini. Dia mencetak dua gol krusial di kualifikasi, tapi kini harus menunggu satu tahun untuk kembali.
- Gabriel Felipe Arrocha (Spanyol): Bek tangguh berusia 25 tahun, pinjaman dari klub Spanyol. Kontribusinya di lini belakang sering disorot, terutama saat melawan tim kuat ASEAN.
- Rodrigo Julián Holgado (Argentina): Gelandang serang 28 tahun yang dikenal dengan visi permainannya. Dia menjadi motor serangan Malaysia di beberapa laga terakhir.
- Imanol Javier Machuca (Argentina): Pemain sayap lincah berusia 23 tahun, yang membawa kecepatan ekstra ke skuad.
- João Vitor Brandão Figueiredo (Brasil): Bintang JDT berusia 26 tahun. Dia mencetak 15 gol musim lalu untuk klubnya, dan kini sanksi ini menyulitkan JDT di liga.
- Jon Irazábal Iraurgui (Spanyol): Bek tengah 27 tahun, yang sering memimpin pertahanan nasional.
- Héctor Alejandro Hevel Serrano (Spanyol): Gelandang bertahan 24 tahun, dikenal dengan tackling-nya yang presisi.
Di antara mereka, tiga bintang JDT—João Vitor, Endrick dos Santos (meski tidak terdaftar resmi, tapi sering dikaitkan), dan Paulo Josué—menjadi sorotan utama. Klub milik anak Raja Malaysia ini kehilangan kekuatan inti, yang berpotensi mengganggu ambisi juara liga mereka.
Dampak terhadap Harimau Malaya dan JDT
Sanksi ini tidak hanya menghantam pemain individu, tapi juga mengguncang fondasi tim nasional. Harimau Malaya, yang baru saja naik peringkat FIFA berkat kontribusi naturalisasi, kini harus merombak skuad secara mendadak. Pelatih Kim Pan-gon mengakui tantangan ini dalam konferensi pers kemarin, menyatakan, “Kami akan fokus pada pemain lokal untuk membangun kembali kepercayaan diri.” Namun, tanpa bintang-bintang ini, peluang lolos ke Piala Asia 2027 tampak suram.
Sementara itu, JDT menghadapi kerugian finansial besar. Sebagai klub terkaya di Malaysia, mereka telah berinvestasi jutaan untuk merekrut talenta asing ini. Selain itu, hilangnya tiga pilar utama berarti rotasi skuad yang lebih bergantung pada pemain muda. Penggemar JDT pun ramai di media sosial, menuntut transparansi dari FAM. Oleh karena itu, manajemen klub berencana mendukung banding, sambil mencari pengganti sementara.
Reaksi dari Komunitas Sepak Bola
Komunitas sepak bola Malaysia bereaksi campur aduk. Beberapa penggemar mendukung sanksi FIFA, melihatnya sebagai langkah membersihkan korupsi. “Ini saatnya kita bangun tim dari akar rumput,” tulis seorang netizen di X. Namun, yang lain menyalahkan FAM atas kelalaian administratif. Bahkan, Malaysian Anti-Corruption Commission (MACC) berencana menghubungi FIFA untuk informasi lebih lanjut.
Secara keseluruhan, skandal ini menjadi pelajaran berharga bagi federasi sepak bola di Asia. FIFA menekankan bahwa aturan naturalisasi harus ketat untuk menjaga keadilan. Akhirnya, Harimau Malaya harus bangkit lebih kuat, mungkin dengan lebih banyak talenta lokal yang siap bersinar.