Karier Mason Mount di Ujung Tanduk: Ancaman Jadi One Year Wonder Mengintai Mantan Bintang Chelsea

Karier Mason Mount di Ujung Tanduk: Ancaman Jadi One Year Wonder Mengintai Mantan Bintang Chelsea

Lingkaran Bola Mason Mount, nama yang pernah bersinar terang di Stamford Bridge, kini menghadapi tantangan besar di Manchester United. Pemain berusia 26 tahun ini, yang dulu menjadi harapan Chelsea, kini berada di persimpangan karier. Setelah transfer kontroversial ke Old Trafford pada musim panas 2023, Mount berjuang untuk membuktikan dirinya. Namun, cedera berulang dan performa yang tak konsisten membuatnya terancam menyandang label one year wonder. Bagaimana kisah perjuangan Mount, dan apakah ia bisa bangkit?

Awal Gemilang di Chelsea

Pada era Frank Lampard, Mason Mount menjelma sebagai bintang muda Chelsea. Ia, bersama Reece James dan Christian Pulisic, membawa The Blues kembali ke Liga Champions meski klub menghadapi krisis finansial pasca kepergian Roman Abramovich. Mount tampil memukau dengan pergerakan lincah, kemampuan melewati lawan, dan tembakan akurat dari luar kotak penalti. Banyak pengamat membandingkannya dengan Lampard, bahkan memprediksi ia jadi pilar masa depan timnas Inggris.

Bacaan Lainnya

Namun, setelah musim gemilang itu, performa Mount mulai menurun. Cedera tulang kemaluan pada musim 2022/2023 mengganggu ritmenya. Pelatih Chelsea kala itu, termasuk Graham Potter, mulai kehilangan kesabaran. Akhirnya, Chelsea melepas Mount ke Manchester United dengan nilai transfer £60 juta, termasuk bonus, sebuah langkah yang mengejutkan mengingat rivalitas kedua klub. Kepindahan ini menandai babak baru, tetapi juga awal dari tantangan berat.

Perjuangan di Old Trafford

Di Manchester United, Mount mengemban beban berat. Ia mewarisi nomor punggung 7, nomor ikonik yang pernah dikenakan legenda seperti Cristiano Ronaldo dan David Beckham. Harapan besar pun menggantung di pundaknya. Sayangnya, Mount kesulitan menemukan ritme terbaiknya. Cedera terus menghantui, membuatnya sering absen. Musim debutnya dianggap mengecewakan, bahkan oleh mantan pemain United seperti Paul Parker, yang menyebutnya sebagai salah satu rekrutan terburuk klub.

Meski begitu, pelatih baru Manchester United, Ruben Amorim, menunjukkan keyakinan pada Mount. Dalam wawancara dengan MUTV, Amorim memuji penampilan Mount di pramusim 2025, terutama saat melawan Fiorentina. “Mason bergerak tanpa henti, menciptakan ancaman nyata bagi lawan,” ujar Amorim. Ia yakin musim 2025/2026 bisa menjadi titik balik bagi Mount, asalkan sang pemain menjaga konsistensi dan kebugaran.

Ancaman Label One Year Wonder

Istilah one year wonder menghantui banyak pemain muda Inggris yang gagal mempertahankan performa puncak mereka. Mount, yang pernah dielu-elukan, kini berada di ujung tanduk. Media dan penggemar mulai mempertanyakan kemampuannya. Beberapa unggahan di X bahkan menyebutnya sebagai pembelian mahal yang minim kontribusi. Namun, Mount bukan tanpa pendukung. Amorim, misalnya, terus memberikan kesempatan, bahkan mengorbankan Alejandro Garnacho di laga besar seperti final Liga Europa 2025 untuk memberi ruang bagi Mount.

Mount sendiri menunjukkan tekad kuat. Dalam wawancara terbaru, ia mengaku fokus untuk membuktikan diri. “Saya tahu tekanan di United besar, tapi saya siap bekerja keras,” katanya. Ia juga menegaskan bahwa cedera adalah bagian dari sepak bola, dan ia berusaha menjadikannya pelajaran, bukan hambatan.

Tantangan dan Peluang ke Depan

Musim 2025/2026 menjadi penentu bagi Mount. Premier League akan segera dimulai, dan laga melawan Arsenal di Old Trafford pada akhir pekan ini jadi ujian awal. Jika Mount mampu tampil konsisten, ia bisa membungkam kritik dan membuktikan bahwa transfernya bukan kesalahan. Amorim berharap Mount menjadi pembeda di lini tengah, dengan kemampuan taktis dan versatilitasnya yang mampu mengisi berbagai posisi.

Namun, tantangan tak hanya datang dari lapangan. Tekanan publik dan media sosial semakin besar. Beberapa penggemar Chelsea bahkan masih menyisakan kekecewaan atas kepindahannya, seperti terlihat saat Mount diejek di Stamford Bridge pada April 2024. Mount harus membuktikan bahwa ia bukan sekadar pemain yang bersinar sesaat.

Harapan untuk Kebangkitan

Meski kariernya di ujung tanduk, Mason Mount masih punya waktu untuk membalikkan narasi. Usianya yang masih 26 tahun memberikan ruang untuk berkembang. Dukungan dari Amorim, ditambah pramusim yang menjanjikan, menjadi modal berharga. Mount juga punya pengalaman meraih trofi, termasuk Liga Champions 2021 dan Piala FA 2024 bersama United, yang menunjukkan potensinya di momen krusial.

Kini, semua bergantung pada Mount sendiri. Dengan kerja keras dan sedikit keberuntungan menghindari cedera, ia bisa kembali menjadi gelandang papan atas. Jika tidak, label one year wonder mungkin akan melekat selamanya. Akankah Mount bangkit dan membuktikan dirinya sebagai aset berharga Manchester United? Hanya waktu yang akan menjawab.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *