Lingkaran Bola – El Clasico selalu menyajikan drama epik di La Liga. Namun, edisi 26 Oktober 2025 di Santiago Bernabeu justru mencuri perhatian dunia karena Lamine Yamal dituding jadi biang kerok kekalahan Barcelona. Real Madrid menang 2-1 lewat gol Kylian Mbappe dan Jude Bellingham, sementara Fermin Lopez hanya mampu membalas satu gol. Selain itu, komentar kontroversial Yamal sebelum laga memicu amarah lawan. Akibatnya, Madrid tampil ganas dan penuh motivasi. Oleh karena itu, Lingkaran Bola mengupas tuntas bagaimana satu kalimat bisa mengubah nasib pertandingan legendaris ini.
Lamine Yamal Kontroversi El Clasico: Dari Komentar Berani Hingga Tuduhan Biang Kerok
Lamine Yamal, wonderkid La Masia kelahiran 2007, telah mencuri hati penggemar dengan performa gemilangnya. Akan tetapi, menjelang El Clasico, ia melemparkan bom verbal di Kings League. Ia menyebut Real Madrid “roba y se queja” — mencuri dan mengeluh — sambil yakin Barcelona akan menang. Langsung saja, pernyataan ini memicu kemarahan fans Madrid. Di sisi lain, pendukung Barcelona awalnya memuji keberaniannya. Namun, analis Lingkaran Bola menilai komentar itu memberi bahan bakar ekstra bagi skuad Xabi Alonso. Aurelien Tchouameni bahkan mengaku menyukai provokasi tersebut.
Di lapangan, Yamal gagal memenuhi ekspektasi. Ia kehilangan dua peluang emas dan melakukan passing ceroboh yang berujung gol kedua Madrid. Tak lama setelah itu, VAR membatalkan penalti Barcelona karena pelanggarannya terhadap Vinicius Junior. Puncaknya, Dani Carvajal mengejek Yamal dengan gestur “banyak bicara” usai laga. Akibatnya, keributan massal pun meledak — melibatkan Vinicius, Courtois, hingga Raphinha. Karena itulah, Lamine Yamal dituding jadi biang kerok oleh media Spanyol dan mantan pemain seperti Rafinha Alcantara.
Dampak Psikologis Komentar Yamal terhadap Tim Barcelona
Yamal tidak hanya memanaskan rivalitas, tapi juga menciptakan tekanan internal. Media Catalan melaporkan kekecewaan klub atas ucapannya. Bahkan, Raphinha menyalahkan Yamal di ruang ganti sebagai pemicu kekalahan. Untuk mengatasinya, Barcelona menugaskan Jorge Mendes mengawasi media sosial dan wawancara Yamal. Selain itu, Jude Bellingham menyindir via Instagram: “Talk is cheap”. Sementara itu, fans Madrid merayakan kemenangan dengan meme viral.
Namun, Hansi Flick tetap membela Yamal. Ia menyebut tim terlalu emosional. Oleh karena itu, Lingkaran Bola menyarankan sesi psikologi tim untuk mencegah insiden serupa. Lebih jauh lagi, pengalaman ini mengajarkan Yamal untuk mengendalikan emosi di level tertinggi.
Reaksi Pemain Real Madrid Pasca-Kemenangan
Pemain Madrid tak tinggal diam. Carvajal langsung konfrontasi Yamal di terowongan. Vinicius mengejek dengan teriakan “only backwards passes!” selama laga. Courtois bahkan mendorong Yamal saat keributan. Meski begitu, Tchouameni menghargai keberaniannya dan menyebutnya “bahan bakar kompetisi”. Akibatnya, ketegangan ini memicu prediksi konflik baru di timnas Spanyol.
Di sisi lain, beberapa legenda Barcelona seperti Xavi membela Yamal. Mereka menilai keberaniannya sebagai bagian dari DNA klub. Jadi, meski Lamine Yamal dituding jadi biang kerok, ia tetap menjadi harapan masa depan.
Analisis Kekalahan Barcelona: Benarkah Yamal Biang Kerok Utama?
Madrid mengakhiri kutukan empat kekalahan beruntun atas Barcelona. Mereka unggul lima poin di puncak klasemen. Barcelona mendominasi penguasaan bola (62%), tapi hanya mencatatkan satu tembakan tepat sasaran. Yamal terlibat turnover tinggi, tapi absennya Lewandowski dan kartu merah Pedri lebih berdampak. Menurut Opta, Yamal menyumbang 15% kesalahan tim, tapi strategi bertahan Madrid menjadi kunci kemenangan.
Oleh karena itu, menyalahkan Yamal sepenuhnya terasa tidak adil. Sebaliknya, Lingkaran Bola merekomendasikan Barcelona untuk memperkuat mentalitas tim. Kekalahan ini bisa menjadi titik balik menuju laga melawan Elche.
Strategi Barcelona ke Depan: Belajar dari Kontroversi Yamal
Flick merencanakan sesi psikologi mingguan. Klub membatasi eksposur Yamal di media. Selain itu, Yamal mengalami discomfort pubic selama laga, yang mempengaruhi performanya. Ia juga memutus hubungan dengan Carvajal pasca-konflik. Akibatnya, fans mulai mendukungnya kembali.
Namun, rivalitas El Clasico tetap membara. Pertemuan berikutnya di Camp Nou akan menjadi ujian sejati. Lingkaran Bola akan terus memantau perkembangan Yamal sebagai ikon generasi baru.
Kesimpulan: Kontroversi sebagai Bahan Bakar Karier Yamal
Pada akhirnya, Lamine Yamal dituding jadi biang kerok karena komentarnya memberi motivasi ekstra bagi Madrid. Akan tetapi, performa kolektif tim lebih menentukan hasil. Yamal sudah mencetak 12 gol dan 8 assist musim ini. Oleh karena itu, Barcelona harus melindungi talenta mudanya sambil membangun skuad tangguh.
Lingkaran Bola yakin Yamal akan bangkit. Jadi, pantau terus update sepak bola terkini di platform kami. El Clasico mengingatkan kita: kata-kata bisa memanaskan suasana, tapi lapangan yang menentukan pemenang.





