Lingkaran Bola Marcus Rashford, mantan bintang Manchester United yang kini menjajal petualangan baru di Barcelona, kembali menjadi sorotan. Pemain asal Inggris ini pindah secara pinjaman pada awal musim panas 2025, berharap bisa membangkitkan karirnya setelah musim-musim sulit di Old Trafford. Awalnya, Rashford tampil mengesankan; gol krusialnya melawan Newcastle di Liga Champions langsung menyedot pujian dari fans dan pelatih Hansi Flick. Namun, di balik kilauan itu, bayang-bayang masalah lama mulai muncul lagi, membuat banyak pihak khawatir apakah ia benar-benar siap untuk langkah besar ini.
Kini, situasi semakin tegang karena insiden terbaru yang memicu gelombang kritik. Marcus Rashford di Ultimatum mau perbaiki sikap atau pulang ke MU! Barcelona, yang awalnya melihatnya sebagai tambahan vital di lini serang, kini memberikan sinyal keras. Selain itu, mantan legenda United ikut angkat suara, menekankan bahwa sikap buruk Rashford bisa merusak semuanya. Akibatnya, negosiasi transfer permanen pun terhambat, meninggalkan masa depannya menggantung di ujung tanduk.
Kritik Tajam dari Paul Scholes: “Rashford Sudah Menyerah di United”
Paul Scholes, ikon Manchester United yang dikenal blak-blakan, baru saja melontarkan sindiran pedas terhadap mantan anak asuhnya. Dalam wawancara eksklusif dengan Goal.com, Scholes menyebut Rashford sebagai “pengkhianat” yang “sudah menyerah pada United”. Oleh karena itu, komentar ini bukan sekadar ocehan; ia datang tepat setelah insiden telat Rashford ke rapat tim Barcelona, yang mengingatkan banyak orang pada kegagalan serupa di masa lalu.
Scholes tidak berhenti di situ. Ia membandingkan Rashford dengan striker Barcelona lainnya, menyatakan bahwa pemain 28 tahun itu “tidak akan pernah punya mentalitas juara dunia”. Meskipun begitu, Scholes menambahkan nada harapan: “Ia punya bakat, tapi sikapnya yang hancurkan segalanya.” Reaksi ini langsung memicu perdebatan di kalangan fans, dengan sebagian besar setuju bahwa Rashford perlu introspeksi mendalam.
Apa yang Sebenarnya Dikatakan Scholes?
Scholes menjelaskan detailnya di podcast pribadinya. “Rashford berhenti berjuang saat United kesulitan di bawah Ruben Amorim,” katanya sambil menggelengkan kepala. Lebih lanjut, ia menyoroti pola: dari liburan mewah yang kontroversial hingga absen latihan. Namun, Scholes juga memperingatkan Barcelona agar waspada, karena “kesalahan lama ini bisa terulang kapan saja”. Akibatnya, pernyataan ini memperkuat narasi bahwa Rashford berada di persimpangan jalan krusial.
Hukuman Barcelona: Didrop dari Laga Penting Melawan Getafe
Marcus Rashford di Ultimatum, Barcelona tidak main-main soal disiplin, dan Hansi Flick membuktikannya dengan hukuman tegas untuk Rashford. Pemain Inggris itu absen dari starting lineup saat melawan Getafe akhir pekan lalu, hanya karena terlambat dua menit ke rapat tim. Meskipun terdengar sepele, tindakan ini menandakan bahwa klub Catalan tidak akan mentolerir kelalaian, terutama dari pemain pinjaman bernilai tinggi seperti Rashford.
Flick, yang dikenal sebagai pelatih ketat, langsung mengonfirmasi keputusannya di konferensi pers. “Kami butuh profesionalisme total,” tegasnya. Selain itu, insiden ini menggemakan masalah di Manchester United, di mana Rashford pernah dihukum serupa setelah pesta di Belfast. Oleh karena itu, Barcelona melihat peluang ini sebagai ujian akhir: apakah Rashford bisa berubah?
Dampak Hukuman pada Karier Rashford
Hukuman ini langsung memengaruhi performa Rashford di lapangan. Meski ia masuk sebagai pengganti dan mencetak assist, absen dari awal membuatnya kehilangan ritme. Lebih buruk lagi, fans Barcelona mulai ragu; survei cepat di media sosial menunjukkan 60% mendukung pemutusan pinjaman jika sikapnya tak membaik. Namun, Rashford merespons dengan permintaan maaf publik, berjanji untuk “belajar dari kesalahan”. Akibatnya, tekanan kini bertambah berat baginya.
Negosiasi Transfer Permanen: Menunggu Hingga Musim Depan
Sky Sports melaporkan bahwa pembicaraan antara Barcelona dan Manchester United soal transfer permanen Rashford ditunda hingga musim panas 2026. Klub Catalan punya opsi beli seharga £26,2 juta, tapi keputusan itu bergantung pada kemajuan Rashford—baik di lapangan maupun di luar. Oleh karena itu, insiden terbaru ini bisa jadi paku terakhir di peti mati mimpinya.
United, di sisi lain, tetap terbuka untuk negosiasi. Sir Jim Ratcliffe, pemilik minoritas, menyatakan bahwa klub tak ingin “memberi diskon” pada mantan kapten muda mereka. Selain itu, dengan kontrak Rashford masih tiga tahun tersisa, United bisa memaksa kembalinya jika Barcelona mundur. Namun, Rashford sendiri optimis: “Saya ingin bertahan di sini selamanya,” katanya dalam wawancara baru-baru ini.
Kondisi Ketat dari Manchester United
United menetapkan dua syarat utama: bukti konsistensi dan komitmen finansial dari Barcelona. Jika gagal, Rashford berisiko “pulang” ke Carrington, di mana pelatih Amorim sudah menunggu dengan rencana rehabilitasi. Lebih lanjut, faktor gaji—yang kini ditanggung penuh Barcelona—menjadi penghalang besar, terutama dengan batas pengeluaran LaLiga. Akibatnya, masa depan Rashford kini seperti bom waktu, menunggu ledakan dari sikapnya sendiri.
Pada akhirnya, Marcus Rashford di Ultimatum ini bukan ancaman kosong. Rashford, yang pernah jadi harapan besar Inggris, kini harus membuktikan bahwa ia lebih dari sekadar talenta mentah. Dengan dukungan dari teman-temannya di timnas, ia punya kesempatan terakhir untuk bangkit. Namun, jika tidak, pintu kembali ke Manchester United—atau bahkan keluar total—sudah terbuka lebar. Fans menunggu, dan bola ada di kakinya.